top of page
Search

Tul Is Menulis

  • Writer: Pambayung
    Pambayung
  • May 22, 2022
  • 3 min read

Disclaimer: tulisan ini akan menceritakan tentang diri saya sendiri. Mungkin tidak akan jadi bacaan yang bermanfaat, dan mungkin tidak akan aku promosikan di media sosial juga. Lebih dari kebutuhan untuk dibaca, tulisan ini saya buat untuk memenuhi kebutuhan bercerita. Oh, sama biar blognya ndak kelihatan mati, hehe. Jadi kemungkinan yang baca ini adalah kalian yang memang subscribe, atau lihat dari home page.


In which case tulisan ini sepertinya bukan awal yang bagus untuk membaca blog saya hwhwhw.


Anyway, here goes the story.


Menulis, bagi saya, hampir selalu menjadi proses yang menyenangkan. Setidaknya, ia bisa dipaksa untuk menjadi menyenangkan.


Pada saat saya duduk di bangku SD, Mama punya sebuah notebook kecil. Saya ingat betul, merknya HP, warnanya biru. Di notebook itu, saya sering menulis puisi, cerpen, cerbung, dan lainnya. Tanpa beban, tanpa nilai. Kalau mau nulis ya nulis, kalau ndak ya ndak. Nulis, pada saat itu, menjadi kegiatan pure hobi. Tanpa ada kepentingan apapun.


Tidak ada keinginan agar tulisan saya dibaca. Tidak ada keinginan untuk mendapat validasi. Tidak ada deadline. Yang ada hanyalah diri saya yang menulis untuk menulis itu sendiri. Menulis menjadi kegiatan rekreasional yang saya lakukan dengan alasan just because. Sungguh, menulis saat itu menjadi kegiatan yang tanpa beban dan terkesan pokok loss,


Di bangku MTs dan SMA, saya hanya menulis ketika diberi tugas oleh guru bahasa Indonesia. Tidak ada lagi puisi, tidak ada lagi cerpen, dan lainnya. Pada saat itu, rasanya berdosa sekali bagi saya untuk mengklaim diri sebagai orang yang memiliki hobi menulis. Ha wong menulis saja juarang, kok.


Bagaimanapun, dalam setiap penugasan menulis, saya tetap menikmati prosesnya. Menulis menjadi "istri simpanan" saya yang jarang saya temui, tetapi kalau ketemu tetap mesra. Biar begitu, di MTs dan SMA saya lebih nyaman "memperistri" kegiatan bermain game.


Saya dipertemukan lagi dengan kegiatan menulis sewaktu kuliah. Selain tergabung dalam pers mahasiswa dan magang di portal media resmi kampus, jurusan saya juga menuntut saya untuk mengakrabkan diri dengan kegiatan menulis. Tugas menulis paper dan jurnal menjadi hal yang biasa, dengan tuntutan untuk bisa menulis lebih baik dari sebelumnya.


Itu juga menjadi salah satu alasan saya untuk memulai blog ini. Untuk belajar menulis. Lagi. Mungkin, delapan atau sembilan tahun lagi, saya akan geli dan jijik ketika membaca tulisan-tulisan lama saya yang ada di sini. Tapi saya akan memberikan pemakluman kepada diri saya sendiri, dan melihat blog ini sebagai sebuah proses belajar saya.


Berkaitan dengan proses menulis, saya merasakan ada perbedaan dari kegiatan menulis yang saya jalani pra dan pasca menjadi mahasiswa. Sebelum menjadi mahasiswa, menulis ya menulis saja. Yang dipikirkan mungkin sekadar topik dan isi. Yawes itu.


Tapi kalau sekarang, memikirkan tentang menulis berarti juga memikirkan deadline-deadline, aturan selingkung, jumlah pembaca, wawancara, dan hal-hal lainnya. Menulis tidak lagi bebas, tidak lagi saya lihat sebagai sebuah kegiatan yang rekreasional. Di sinilah kegiatan menulis harus dipaksa menjadi kegiatan yang menyenangkan.


Pokoknya harus seneng nulis. Titik. Ndak suka nulis sama dengan ndak lulus. Kegiatan menulis harus saya asosiasikan dengan rasa senang, biar tetap bisa menulis dengan beribu pikiran yang mengikutinya.


Jujur, aku rindu perasaan itu. Perasaan bebas. Menulis tanpa beban, tanpa nilai, tanpa tujuan. Yawes, nulis for the sake of nulis. Suatu kemewahan yang jarang saya temui.


Salah satu mentor magang saya pernah bekerja di salah satu media cetak terbesar di Jawa. Pada saat itu, merupakan kelaziman baginya untuk masih bekerja pada jam 2 dini hari. Tekanannya tinggi. Jika membayangkan berada diposisi beliau, kok seram sekali ya. Gambaran kerja yang kafkaesque dan sangat stressful.


Jika dihadapkan dengan pilihan berat, kebanyakan orang akan mengatakan "Ya sudah nikmati saja." Dan mungkin itu juga yang ada di benak mentor saya. Nikmati saja. Dan itu juga yang sedang saya lakukan. Ada beberapa tulisan saya yang seharusnya saya selesaikan sekarang karena deadline-nya sudah dekat. Kalau saya paksa selesaikan, saya khawatir akan melihat kegiatan menulis sebagai kegiatan yang berat, bikin strss, dan lain.


Maka, harus ada countermeasure dengan menulis yang lebih santai dan bebas. Ya yang sedang saya lakukan sekarang ini. Menulis di blog, toh ndak perlu kaku-kaku amat. Ha wong blog ya blog saya. Ya saya nulis semau saya. Termasuk nulis tentang nulis, dan kebutuhan untuk me-reset otak ketika terlalu banyak nulis.

 
 
 

Comments


bottom of page