top of page
Search

Ode buat Kursi Indomaret

  • Writer: Pambayung
    Pambayung
  • Jul 30, 2024
  • 2 min read

ree

Kursi Indomaret rasanya menjadi tempat paripurna untuk beristirahat sejenak bagi mereka yang sedang kalah, merasa lelah, hendak mrelepas penat, atau sekadar ingin melihat dunia dengan lebih lambat.


Sederhana saja, bertemankan sebotol kopi Golda dan sebatang rokok, kita dapat menekuri balon-balon pikiran yang tak habis-habis, memikirkan permasalahan duniawi yang kian pelik. Macam api unggun di tengah pendakian panjang, ia menawarkan jeda sejenak dari hiruk-pikuk dunia.


Kenyamanan yang ditawarkan kursi Indomaret berbeda dengan kenyamanan yang bisa ditemui di kafe-kafe atau coworking space. Alih-alih kenyamanan yang membawa pada produktivitas, kursi Indomaret merayu kita untuk bernafas tanpa diburu tenggat waktu, target penjualan, atau ekspektasi-ekspektasi yang penuh beban.


Di saat yang sama, ia tetap menyuguhi kita dengan pemandangan lalu lintas yang lalu lalang, pedagang kaki lima yang berjualan, dan dunia yang tetap cepat berjalan. Macam mengamati akuarium dari luar, sejenak kita tercerabut dari rutinitas yang dinamis sekaligus dapat melihat semuanya dengan begitu dekat.


Dalam perjalanan rutin saya Kediri-Surabaya, saya sering menyempatkan diri untuk menikmati fenomena ini. Sehabis berpacu dengan truk-truk besar dan bus Mira yang knalpotnya menyemprot wajah saya dengan tidak sopan itu, saya sering mampir ke Indomaret KM 50 Bypass Mojokerto.


Membeli sekaleng kopi, numpang ke kamar mandi, dan melahap sebungkus pentol menjadi aktivitas rutin saya. Tidak lupa duduk di kursi Indomaret yang legendaris itu sambil menggulir linimasa Twitter saya. Kalau tak dapat kursi pun, duduk di undakan terasnya juga tak masalah. Setiap nafas dan tenang yang saya dapat di sini adalah kemewahan, mengingat saya harus lekas beranjak sebentar kemudian.


Kursi Indomaret, bagi saya, menjadi simbol resiliensi. Bagaimana rakyat biasa yang kadang dikalahkan keadaan tetap mampu berjuang dan ingin keluar dari permasalahan. Ia menjadi saksi bisu hela nafas panjang orang-orang bergelut dengan keras kehidupan.


Bercermin dari kursi Indomaret ini, saya berdoa agar di masa depan, untuk bisa dapat kursi yang nyaman, saya tidak perlu korupsi, nepotisme, menjilat, atau membohongi diri sendiri. Saya hanya perlu ke Indomaret terdekat dan membeli sebotol kopi Golda. Kalau tidak, pun, saya berdoa agar diberikan keihlasan yang sama seperti saat saya duduk di undakan teras Indomaret KM 50 Bypass Mojokerto ini.


Sudah hampir setengah jam saya duduk di kursi Indomaret ini. Ada baiknya saya bergegas balapan dengan bus Mira lagi. Sambil berdoa saya dan Anda bisa bertemu lagi lain kali. Lewat tulisan-tulisan saya di sini, atau duduk mengobrol di kursi Indomaret esok hari.


Salaam.

 
 
 

Comments


bottom of page