top of page
Search

Papa dan Waktu Orang Dewasa

  • Writer: Pambayung
    Pambayung
  • Aug 16, 2022
  • 2 min read

Tempo hari, dalam sesi ngobrol bapak-anak, saya bercerita ke Papa soal keinginan untuk menyempatkan diri mewawancara orang-orang di Terminal Purabaya Bungurasih, Surabaya. Bukannya apa, saya sekadar suka mengobrol. Apalagi dengan orang baru yang memiliki perspektif berbeda. Mungkin hasil wawancaranya nanti saya tulis untuk blog ini, siapa tahu. Tapi selain itu, tidak ada motif dan kepentingan yang lain.


Papa kemudian dhawuh kalau menyempatkan ngobrol itu memang penting. Kemewahan seperti itu, lanjutnya, sudah tidak bisa beliau rasakan sebagai orang dewasa. Kata Papa, orang dewasa selalu mengobrol dengan kepentingan. Setiap kali menelepon, misalnya, Papa dan orang-orang dewasa di sekitarnya pasti bertanya "Ada perlu apa?". Pun demikian ketika bertamu ke rumah para orang dewasa sekalian. Pertanyaan pertama yang diajukan setelah buih-buih basa-basi adalah "Ada keperluan apa?" lalu dijawab "Kedatangan saya kesini bermaksud..."


Seolah-olah kita tidak boleh berinteraksi tanpa kepentingan. Tidak ada obrolan spontan, tidak ada telepon yang just because. Semua harus ada alasan, motif, dan kepentingan.


Membosankan.


Papa pernah ditegur kawannya soal ini. Saat salah satu kawan jauhnya menelepon, Papa bertanya "Eh ada apa menelepon?" Separuh bercanda separuh menegur, suara di seberang ujung teleponnya menjawab "Memangnya tidak boleh kalau menelepon tanpa ada apa-apa?"


Menyadari kekonyolannya, Papa meminta maaf sambil tertawa-tawa. Betapa waktu orang dewasa telah menjadi mata uang yang berharga. Dan sebegitu berharganya sampai-sampai setiap obrolan harus memiliki maksud dan tujuan. Kalau tidak, haram hukumnya.


Makanya Papa selalu senang ketika mendapat giliran jaga di pos kamling RT kami. Beliau bisa mengobrol ngalor-ngidul dengan tetangga sampai pagi. Tanpa motif, tanpa kepentingan.


Jika dihitung dengan kalkulasi waktu orang dewasa, pembicaraan seperti itu tentu pembicaraan yang kosong, ndak ada isinya. Buang-buang waktu. Tapi justru di waktu-waktu seperti itulah kita merasakan betapa berharga waktu yang sudah diberikan kepada kita, lalu menyukurinya.


Orang-orang selalu bilang untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, mengisinya dengan kegiatan positif. Tapi yang orang-orang tidak katakan adalah untuk juga membuang waktu dengan sebaik mungkin, sebelum datang masa di mana tidak ada waktu lagi yang bisa dibuang.

 
 
 

Comments


bottom of page