top of page
Search

Menyoal Kondam Kondom

  • Writer: Pambayung
    Pambayung
  • Feb 14, 2022
  • 2 min read

Jelang Hari Valentine, Satpol PP Makassar Razia Kondom di Minimarket.


Kurang lebih, begitulah judul berita yang aku baca pagi ini. Membaca isinya, yang ada di pikiranku hanya satu: kontra-produktif sekali langkah ini. Memangnya dengan razia kondom dan mengimbau hotel menjadi lebih selektif bakal mencegah muda mudi ini buat ngewe? Ya nggak anjing.


Oke disclaimer, ini bukan tentang argumentasi solid yang didukung fakta mengenai manfaat kondom, seks edukasi, konstruksi sosial, blablabla. Tidak. Izinkan aku mengeluh dan venting keresahanku terhadap isu yang sebenarnya sudah basi ini.


Gini lo ya.


Kalau kalian pernah ngopi dan mengobrol bersamaku beberapa kali saja, pasti pernah mendengarkan keluhanku tentang edukasi seks di Indonesia. Jamanku sekolah dulu, sex ed hanya diberikan melalui pelajaran olah raga dan IPA. Sudah, sebatas itu saja. Aku tidak yakin kalau hal tersebut sudah diperbarui.


Karenanya, banyak orang yang masih clueless mengenai seluk beluk seks dan hal-hal di sekitarnya. Now I'm not a sex ed activist myself. Tapi kegagalan memahami konteks edukasi seksual ini dapat membawa kita ke jurang salah kaprah yang membahayakan. Ya seperti berita tadi.


Kondom adalah salah satu alat yang berfungsi untuk mencegah penularan penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan. Namun kondom ini sendiri tidak esensial untuk berhubungan seksual. Jadi, tanpa kondom pun, seseorang masih bida melakukan hubungan seksual. Dalam hal ini, kondom mengurangi risiko penyakit menular seksual dan terjadinya kehamilan.


Di sisi lain, razia terhadap kondom tidak mengurangi kesempatan atau kemungkinan seseorang melakukan hubungan seksual, melainkan menaikkan risiko penularan penyakit kelamin dan kehamilan yang tidak diinginkan. Sudah ketemu akar masalahnya di sini?


Tanpa kondom pun, muda-mudi itu masih bisa ngewe, dan malah lebih berbahaya risikonya dibandingkan apabila mereka memakai kondom.


Bukannya aku pro terhadap hubungan seksual di luar nikah. Bukan juga aku ingin hidup dan berpikir di luar konstruksi sosial yang sudah ada. Yang aku tekankan di sini adalah miskonsepsi tentang kondom ini. Sebuah permasalahan sistematis yang berakar dari bobroknya edukasi seks di Indonesia.


Pencegahan hubungan seksual di luar pernikahan harusnya dilakukan dengan edukasi masyarakat. Dalam hal ini, razia kondom justru menjadi usaha yang kontra produktif terhadap tujuan tersebut.


Lebih jauh, razia kondom dapat meningkatkan risiko hamil di luar nikah. Hal ini menyebabkan efek domino di mana muda mudi di bawah umur yang hamil karena berhubungan seksual tanpa kondom tadi harus menanggung hidup seorang anak yang tidak diinginkan. Jelas hal ini akan berdampak ke masa depan anak tersebut.


Bisa jadi muda mudi tadi belum memiliki pekerjaan untuk menghidupi si anak. Anak akan rentan terhadap malnutrisi dan kematian. Belum lagi jika nanti si ibu meninggal karena belum matang secara fisik untuk mengandung dan melahirkan. Bagaimana? Sudah paham kenapa saya beropini seperti ini?


Ada atau tidaknya kondom tidak akan mengubah fakta bahwa hubungan seksual di luar nikah marak dilakukan. Tentunya hubungan ini membawa banyak bahaya, di mana kondom berfungsi untuk mengurangi bahaya-bahaya tersebut. Jika para pembuat kebijakan ingin mengurangi maraknya hubungan seksual di luar nikah, maka harus dilakukan reformasi terhadap sex education di Indonesia.

 
 
 

Comments


bottom of page