top of page
Search

Menyapu Daun Jatuh

  • Writer: Pambayung
    Pambayung
  • Jan 26, 2022
  • 1 min read

Tidak ada selembar daun yang jatuh tanpa sepengetahuan-Nya.

-

Setiap pagi, Papa selalu menyuruhku menyapu halaman. Halaman rumahku tidak terlalu luas untuk ukuran rumah di desa, namun sempit juga bukan merupakan deskripsi yang baik. Menyapunya selama setengah jam tidak menjadi hal yang sulit.


Karena tetumbuhan di sekitar rumahku sangat rimbun, tak jarang dedaunan jatuh di bagian halaman yang sudah selesai kusapu. Hal yang pasti membuat aku menggerutu karena harus menyapu bagian halaman itu lagi.


Tapi dari sana, aku disadarkan.


Mungkin, itulah cara Tuhan mengingatkanku kepada-Nya. Melalui daun yang jatuh. Karena tidak ada selembar daun yang jatuh tanpa sepengetahuan-Nya. Dari sana, aku jadi tersadar bahwa sebelum aku melihat daun itu jatuh, pikiranku sedang tidak bermuara pada-Nya.


Aku melihat daun yang jatuh sebagai cara Tuhan Yang Maha Romantis untuk bercanda. Saat daun jatuh di tempat yang sudah aku sapu, jelas aku ingin menggerutu. Tapi pada siapa? Kepada yang menjatuhkan daun? Memangnya siapa yang mengatur jatuhnya daun-daun? Oh, iya. Hehe. Maaf, Tuhan.


Mungkin itu juga cara Tuhan untuk mengingatkan betapa sombongnya aku sebagai seorang hamba. Harus menunggu daun jatuh dulu agar ingat Sang Pencipta? Sombong sekali. Jadi, setiap kali aku melihat daun yang jatuh saat menyapu, aku tersenyum kecut, dan hanya bisa berkata Nggih, Gusti. Barusan saya lupa sama Panjenengan, hehe.


Sialnya, seiring dengan padatnya jadwalku, menyapu halaman menjadi sebuah kemewahan mengingat posisiku yang merantau jauh dari rumah untuk kuliah. Dalam hati, aku rindu kicau burung dan dedaunan yang jatuh di halaman. Dedaunan yang jatuh hanya dengan seizin Tuhan.

 
 
 

Comments


bottom of page