Kalau Cinta Itu Pemakluman, Sumpah Aku Cinta Indonesia
- Pambayung
- Aug 19, 2022
- 1 min read
Sedari kecil, orang tuaku selalu menanamkan nilai-nilai kebaikan padaku. Mereka mengajariku untuk disiplin, tepat waktu, rapi, rajin, dan lain sebagainya. Namun memang dasar aku. Di usia sekarang pun, aku masih menjadi anak yang tidak disiplin, sering molor, berpenampilan seadanya, mager, dan hal-hal nyebahi lainnya.
Hal ini tentu pernah dikeluhkan oleh Mama. Pernah suatu malam aku tidak sengaja menguping pembicaraan mereka berdua dari dalam kamar. Kurang lebih jalan pembicaraaannya seperti ini:
"Mas Ghulam kok, sampai sekarang tetap begitu terus, nggih?" ujar Mama ke suaminya.
"Ya biarkan. Toh bagaimanapun dia tetap anak kita." jawab Papa selow.
Woh. Ncen Ebes The Best.
Ya, tapi serius. Siapa yang ndak mellow mendengar percakapan seperti itu? Dari percakapan itu, aku tahu bahwa mereka sangat mencintai anaknya (yang amburadul ini). Dari percakapan itu pula aku tahu bahwa salah satu bentuk cinta itu pemakluman. Lebih tepatnya, memaklumi kekurangan yang dicintai.
Tidak ada sesuatu yang sempurna. Mencintai sesuatu berarti mencintai pula kekuarangannya, berikut memakluminya. Hal yang sama berlaku untuk Indonesia. Jujur, aku ndak cinta-cinta amat dengan negara ini. Tapi kalau soal memaklumi Indonesia, hohoho jangan ditanya lagi.
Kalau cinta adalah pemakluman, maka saya sangat mencintai Indonesia.
Saya cinta lembaga pemerintahnya yang masih suka minta fotokopi KTP
Saya cinta aparat penegak hukumnya yang tentu tidak kalah dari satpam BCA.
Saya cinta sistem pendidikannya yang oh-tentu-sangat-inklusif-sekali.
Saya cinta pembangunan infrastrukturnya yang harus melanggar hak-hak masyarakat adat.
Saya cinta penduduknya yang oh-tentu-sangat-toleran
Kalau cinta adalah soal pemakluman, cinta mana lagi yang tidak akan kuberikan buat Indonesia? Wong Indonesia masih sangat perlu dicintai, eg.
Comments