top of page
Search

Hari Kasih Sayang

  • Writer: Pambayung
    Pambayung
  • Feb 13, 2022
  • 1 min read

Dulu, aku pernah menanyakan sebuah pertanyaan bodoh ke salah seorang guruku.


"Pak, Tuhan itu Maha Romantis tidak?"


Beliau mengrenyitkan dahi sebentar. Agaknya memastikan beliau tidak salah dengar pada saat itu. Lalu sambil tersenyum beliau menjawab.


"Lho, welas dan asih Tuhan kan ya bentuk romantis-Nya."


Aku tertawa. Yang ada dalam pikiranku, selain jutaan kata "Oh iya," adalah tentang betapa selama ini aku memaknai kasih dan sayang secara sempit sekali. Kita mengartikan cinta dengan mawar, cokelat, dan ciuman basah di antara ucapan "aku cinta kamu" yang membosankan. Menurutku, kita lupa bentuk-bentuk cinta yang paling mendasar: nafas dan hidup.


Aku jadi teringat ketika kemarin aku melihat sebuah video di youtube yang menegaskan bahwa merayakan hari kasih sayang itu dilarang karena dengan tidak sesuai dengan adat budaya, bla, bla, bla. Tapi merayakan ini diartikan bagaimana? Jika kita merayakan cinta dari Tuhan, yang mana diberikan setiap hari, apakah masih tetap dilarang? Cinta dan kasih sayang-Nya tidak akan berhenti. Aku yakin itu. Dan selama itu juga, kita tidak boleh berhenti "merayakan" cinta, berupa nafas dan kehidupan.


Maka, mari merayakan cinta, mari merayakan kehidupan, sebagaimana kemarin dan esok hari.

Selamat hari kasih sayang!

 
 
 

Comments


bottom of page