top of page
Search

Amati, Tiru, Modifikasi, Kemana Distingsi?

  • Writer: Pambayung
    Pambayung
  • Oct 3, 2022
  • 1 min read

Dalam dunia yang serba kompetitif dan dinamis, identitas menjadi sesuatu yang rapuh. Irisan-irisan identitas komunal akan mengikis distingsi diri, perlahan memudarkan ke-"aku" an. Manusia semakin lama akan kehilangan dirinya, kesulitan menjawab "Siapa Anda?" Peleburan identitas personal menjadi komunal berpotensi mengikis kreativitas, akan menciptakan koridor-koridor zona nyaman yang berasal dari proses mengamati dan meniru orang lain.


Kalimat "Amati-Tiru-Modifikasi", menurut saya, merupakan justifikasi dari pribadi-pribadi yang terlalu malas untuk membedakan diri dari kumpulannya. Mereka yang tenggelam dalam kubangan-kubangan kenyamanan tanpa identitas yang membedakannya dengan orang lain.


But it comes with a price.


Membedakan diri dengan orang lain adalah ketidaknyamanan. Mereka ditiru for a reason. Bahwa pilihan-pilihan identitas komunal yang mereka pilih memang melahirkan kenyamanan. Menjadi berbeda pasti melahirkan rasa tidak nyaman, tapi memang dari sanalah kita tumbuh.


Ironis, orang yang menyuruh kita untuk mengamati, tiru, dan modifikasi, adalah orang yang juga mengatakan bahwa identitas itu penting. Lalu bagaimana? Batas antara mana yang bisa ditiru dan mana yang harus dimodifikasi adalah hal yang abu-abu. Daripada memusingkan hal tersebut, saya lebih suka untuk menjadi berbeda in the first place.


Amati-Amati-Amati, Distingsi. Jadi berbeda, jadi berani.

 
 
 

Comments


bottom of page